Apa Kabar Bapak Guru?

Assalamualaikum,


      Zaman telah berubah, kehidupan seorang guru diwaktu lampau telah menjadi kenangan pahit dimana kesengsaraan melanda para pahlawan tanpa tanda jasa ini. Umar Bakri begitulah cerminan sosok seorang guru menurut gambaran seniman Iwan Fals melalui syair-syairnya. Sosok yang mengapdi dan tidak peduli akan nasib hidupnya, dengan sepeda kumbang tua yang digayuh setiap hari dari rumah Pak Lurah melewati lumpur lapindo(zaman dlu blm ada) demi memberikan setitik ilmu yang dia punya, dalam benaknya hanya satu pikiran, jangan sampai anak didiknya nanti akan sama nasibnya seperti dirinya. 



        Mungkin seperti itulah gambaran seorang guru tempo lalu, namun tidak banyak orang mengerti bahwa dari sosok guru yang seperti itulah lahir tokoh-tokoh luar biasa yang berpengaruh besar terhadap bangsa Indonesia. Akan tetapi pengapdian guru yang seperti itu ditahun-tahun pertengahan mulai pudar, guru hanya menjadi pelarian ketika sudah tidak ada lagi yang mau menampung pekerja-pekerja yang begitu banyak. Suatu yang sungguh mulia justru menjadi pilihan terakhir dari sebuah profesi, akibatnya hasil didikannya adalah orang-orang yang memang apa adanya. Seperti halnya sebuah produk ketika bahannya saja sudah barang sisa maka hasilnya pun hanya limbah yang tiada berarti. Inilah yang sekarang kita lihat, banyak orang-orang yang terlihatnya memang cerdas namun hatinya busuk, bahkan pikirannya kotor. Para koruptor mavia berterbangan dimana-mana.

         Suatu hal yang sepele ketika kita menilai seseorang dari sisi luarnya saja, namun pandangan terkadang menipu, mungkin lontaran ini sudah banyak diperbincangkan di masyarakat. Itulah dunia perpolitikan di Indonesia saat ini, selalu ramai di masa-masanya ketika pemilu ramai dengan ucapan manisnya dan saat menjabat ramai dengan tingkah korup dan ketidak bejusan dalam bertindak. Bukan suatu yang tabu dizaman ini mengenai pembertitaan yang buruk mengenai negeri ini. Bukan salah semua guru namun beberapa guru, inilah yang menjadi sebuah pertanyaan besar mengenai pendidikannya terhadap muridnya dulu.

       Terkadang niat pun bisa mejadi tolak ukur apa hasil yang diperoleh, ketika seorang guru tidak mempunyai niat untukmengajar atau hanya sekedar mengisi waktu luang atau karena tidak ada pekerjaan lagi sehingga mendidik karena terpaksa ya seperti inilah hasilnya, orang-orang yang memang ditakdirkan menjadi seorang yang berpengaruh namun tak punya moral.

         Mungkin begitulah gambaran dampak buruk dari pendidikan yang salah. Inilah yang menjadikanseorang guru sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu bangsa. Kualitas, moral sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh eksistensi guru dalam mendidik anak didiknya. Bukan suatu yang main-main ketika kita berbicara mengenai pendidikan. Ini sama halnya dengan memasukan program ke dalam suatu komputer, atau robot ketika bahasa pemrograman yang dimasukan terjadi kesalahan maka akan terjadi kerusakan pula pada robot tadi. Manusia memang bukanlah robot, manusia mempunyai hati dan mempunyai pikiran yang terus berkembang namun apa jadinya ketika pemikiran dasarnya yang nantinya akan dikembangkannya salah maka perkembangannya akan salah pula.

          Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu(http://www.anggaran.depkeu.go.id/). Bagaimana bisa dikatakan mendapat pendidikan yang bermutu ketika gurunya saja kurang bermutu. Mengingat diawal kemerdekaan pada negara tetangga yaitu Jepang, pada saat itu Jepang mengalami kekalaha perang kemudian Kaisar Hirohito bertanya kepada para abdinya, mengenai jumlah guru yang tersisa pada saat itu, di Jepang sendiri memang pada saat itu guru sangatlah dibutuhkan dan benar-benar diperhatikan alhasil sekaranglah terlihat negera Jepang yang maju dan termasuk dalam negara yang berpengaruh dalam ekonomi dunia.

         Adalah awal pencerahan bagi para guru di era masa Presiden cantik kita(yo satu2 yg wanita) Bu Mega munculah gajih k-13 kemudian awal Presiden SBY menjabat muncul lagi tunjangan sertifikasi untuk para guru yang memenuhi syarat. Pendidikan guru menjadi sangatlah populer, bahkan peringkatnya minatnya hampir sama dengan pendidikan dokter. Menjadi suatu pertanyaan kembali apakah dengan banyaknya tunjangan ini bisa meningkatkan kualitas guru atau bahkan merubah mindset atau jalan pikir seorang guru yang sebelumnya adalah mengapdi berubah mencari finansial semata. Eksistensi guru di sini diuji kembali, sebagian memang menjadi motivasi untuk memajukan pendidikan bangsa demi meraih salah satu cita-cita negara yaitu ada pembukaan UUD ’45 “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Namun tidak sedikit yang hanya mengincar tunjangannya saja, akibatnya hal yang negatif banyak muncul terjadi, contoh saja di daerah Karawang pada tahun 2011 tercatat 33 kasus perceraian dan 41 kasus ditahun berikutnya(http://daerah.sindonews.com), bahkan di Cirebon mencapi sekitar 60%, belum kasus yang lain lagi(http://basis13.com/). 

          Memang kita pun tidak boleh memandang sebelah mata, walaupun ada sisi negatifnya namun tetap saja masih banyak positifnya salah satunya adalah peningkatan semangat guru dalam mendidik peserta didiknya, bukan hanya itu banyak guru menjadikan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri untuk penunjang profesionalitasnya sebagai guru. Namun tetap saja menjadi suatu tanda tanya besar ketika banyaknya minat orang-orang menjadi guru karena tunjangan bukan karena pengapdiannya sebagai bukti kecintaannya dan ingin merubah penerus bangsa yang lebih baik. Apa jadinya nanti ke depan dengan adanya orang-orang tersebut, mungkin inilah yang menjadikan munculnya syarat PPG bagi siapapun yang ingin menjadi guru. Udah dulu ya capek kapan2 bersambung…



by  : Choerin Amri


Daftar pustaka
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=565
http://daerah.sindonews.com/read/2013/08/12/21/770665/penghasilan-meningkat-angka-perceraian-pns-meningkat
http://basis13.com/index.php?option=com_content&view=article&id=469:angka-perceraian-guru-capai-60&catid=52:pasundan&Itemid=53



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

ke atas