Pemilu Indonesia Mungkin Sudah Harusnya Dirubah

Assalamualaikum,
Pemilu arti kepanjangan dari pemilihan umum adalah hal yang sangat penting dalam sebuah pemerintahan yang masih menggunakan sistem demokrasi. Dari rakyat, untuk rakyat dan kembali ke rakyat itulah asas demokrasi yang katanya paling merakyat. Namun tidak mengungkiri ternyata demokrasi langsung yang dianut oleh negera kita tercinta Indonesia masih jauh dari kebenaran bahkah dalam prakteknya sangat banyak sekali tindakan kejahatan.

Sudah enam belas tahun lamanya kita mencoba mempraktikan pemilu yang real walaupun sebenarnya pemilu di Indonesia ini sudah terjadi dari masa orde lama yaitu presiden Soekarno saat pemilihan kabinet bahkan bisa jadi dari sebelum negeri ini merdeka, akan tetapi banyak yang beranggapan bahwasanya pemilu baru terjadi setelah masa reformasi atau pada saat runtuhnya masa orde baru yaitu lengsernya presiden Soeharto. Keberlangsungan pemilu dari periode ke periode selalu menjadi bahasan yang panas pada media namun dari beberapa periode ini tahun 2014lah yang terlihat paling panas karena banyak sekali konspirasi dan isu berterbangan pada masyarakat yang membingungkan pada beberapa pihak karena tidak tahu mana yang benar dan menjadikan asshobiah atau bisa dikatakan fanatik saling beradu kemenangan. Kecurangan dan permainan pemikiran untuk saling mempengaruhi masa sangat gencar dilakukan.
Mungkin itulah gambaran ketika pemilihan kepemimpinan menggunakan sistem pemilu atau demokrasi langsung. Satu orang adalah satu suara, entah siapa orangnya semua hanya berhak satu suara, dari sinilah pengerahan masa sangat dibutuhkan dalam sebuah kemenangan. Alih-alih dan persamaan persepsi disebar luas untuk mendapatkan banyak dukungan bahkan tidak sedikit yang membuat kecurangan di sana-sini demi mengumpulkan masa yang banyak untuk mendukung agar dapat terpilih.

gambaran miris pemilu negeri ini


Populer sekali adalah bagi-bagi amunisi, ini adalah metode konvensional yang sampai saat ini masih ampuh dalam masyarakat kita. Amunisi ini bisa berbentuk apa saja dari bahan mentah sampai janji setelah terpilih, serangan fajar sampai perjanjian MOU, dari korusi kelas kakap sampai kelas becak Jelek memang itulah realita, bahkan ada juga yang memaksakan kehendak dengan ancaman jika tidak memilih. Mau bagaimana lagi inilah pemilu ketika harga suara orang cerdas harus disamakan dengan orang bodoh, ketika suara ilmuan disamakan dengan suara pedagang asongan, ketika suara ulama disamakan dengan suara preman. Namun bertahap masyarakat pun akan tahu dengan keburukan sistem demokrasi langsung ini. Dalam Pancasila sila ke 4 padahal sudah disebutkan bahwasannya harus ada kesepakatan musyawarah mufakat bukan voting yang kita sekarang anut ini. Musyawarah mufakat adalah solusi terbaik pemilihan kepemimpinan sangat minim kecurangan karena hanya beberapa saja perwakilan yang menjadi pemilihnya dengan kesepakatan bersama. Mungkin ini bisa menjadi solusi dari mavia pemilu.

contoh kecurangan menuru penulis :
1. maklar suara
2. suap
 a. serangan fajar(masyarakat miskin)
 b. main belakang(petugas kpu dll)
3. konspirasi
 a. perjanjian kapitalis
 b. broker pendanaan

contoh bentuk real dilapangan :
1. surat suara sudah dicoblos
2. penukaran surat suara setelah pemilu
3. bagi-bagi uang dan sembako
4. pengalihan isu media(yg paling menakutkan)
5. manipulasi data

rekomendasi baca :
Media Bisa Buat Pertikaian Hasil Pemilu Pres-Capres Indonesia

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

ke atas