Assalamualaikum,
Berbicara mengenai media maka yang terlintas dalam pikiran
kita adalah berita. Media dalam arti luas bukanlah hanya pada suatu pemberitaan
saja walaupun sering kali kita dengar adalah media mengenai pemberitaan. Memang
benar media itu adalah suatu pemberitaan namun jauh arti luas media bisa
bermakna yang lain. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) media bisa
diartikan sebagai alat atau sarana komunikasi, jadi media di sini bisa dalam
bentuk satu arah maupun dua arah.

Pentingnya informasi ini menjadikan beberapa bahkan banyak
kalangan rela membelinya dengan harga yang mahal. Hal inilah yang menjadikan
informasi digunakan oleh kalangan tertentu sebagai mesin pendapatan uang.
Seiring jalannya waktu disamping kebutuhan manusia mengenai informasi dan
komunikasi ternyata media dapat merubah pola pikir bahkan ideology masyarakat,
bukan hanya individu lebih satu wilayah bisa dimungkinkan se-dunia. Maka dari
itulah media dapat menjadi suatu senjata yang sangat menakutkan ketika dikuasai
oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab atau para kaum kapitalis yang
hanya menguntungkan dirinya dan kelompoknya saja.
Sebut saja saat ini, ketika pemilu presiden Indonesia 2014
benar-benar permainan media sangat gencar dan berlomba saling ambil pengaruh public.
Pada tahun politik yang memang beberapa sudah memprediksikan hal ini,
orang-orang tersebut yang tau hal ini ada yang memanfaatkannya dari sebagai
ajang unjuk diri sampai kepada peningkatan finansial. Namun isu public yang
ditawarkan bukanlah suatu yang menguntungkan semua, akan tetapi pada sebuah
perpecahan. Para penguasa media membuat isu yang saling mengadu domba yang pada
akhirnya bisa menjadi suatu pertikaian. Inilah kekuatan media ketika dipegang
oleh orang yang bertanggung jawab maka hasil dari pemberitaan harus dibayar
mahal kalau perlu dengan nyawa.
2.jpg)
Membahas mengenai pemilu bahwasannya media yang sudah
tercemar mencoba membuka isu bahwasannya quick count lebih akurat dari pada
hasil pemilu nantinya, jika public sampai terbawa isu ini maka pemilu 2014
dinyatakan gagal. Ketika terjadi quick count lebih dipercaya dari pada hasil
pemilu buat apa ada pemilu dan untuk apa ada KPU. KPU sebagai lembaga professional
milik Negara ini disamakan bahkan dibuat lebih rendah dengan lembaga quick
count yang siapa saja pun boleh membuat dan memanipulasi data. Jika sampai hal
ini terjadi pemilu benar-benar gagal, buat apa diadakan pemilu ketika hasil
pemilu tidak dipercaya kalau begitu tinggal quick count saja ke rumah-rumah
warga jika memang quick count bisa lebih dipercaya. Silakan ni kembali pada
masyarakat apakah tetap mau percaya media atau memilih diam dan matikan TVnya
tunggu pengumuman yang sebenarnya.
Pada akhirnya saya hanya bisa berpesan jangan percaya dengan
namanya media, apapun itu karena bisa jadi itu adalah fitnah bahkan konspirasi
yang bisa membunuh. Saya merekomendasikan baca media ini saja :
InsyaAllah tidak bikin panas he…he…
by : Choerin Amri