Media Bisa Buat Pertikaian Hasil Pemilu Pres-Capres Indonesia

Assalamualaikum,
Berbicara mengenai media maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah berita. Media dalam arti luas bukanlah hanya pada suatu pemberitaan saja walaupun sering kali kita dengar adalah media mengenai pemberitaan. Memang benar media itu adalah suatu pemberitaan namun jauh arti luas media bisa bermakna yang lain. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) media bisa diartikan sebagai alat atau sarana komunikasi, jadi media di sini bisa dalam bentuk satu arah maupun dua arah.

Mau atau tidak  tanpa disadari kita hidup dalam suatu kebutuhan informasi dan komunikasi, oleh sebabnya kemajuan dibidang tersebut sangat cepat beriringan kebutuhan akan hal itu. Jika orang dahulu untuk mengetahui suatu informasi haruslah menuju ke tempat dimana informasi itu datang, mulai perkembangan zaman munculah jasa pengiriman pos yang memudahkan bagi kalangan banyak untuk berbagi informasi dan komunikasi kemudian berkembang telephon sampai internet yang kita bisa nikmati hari ini. Adanya sarana komunikasi yang supercepat pada hari ini bahkan setiap orang bisa mengaksesnya kapanpun dimanapun dengan teknologi masa kini contohnya telephon genggam yang saat ini hampir setiap orang di dunia memiliki menjadikan kemudahan dalam mengakses segala informasi mengenai apapun.

Pentingnya informasi ini menjadikan beberapa bahkan banyak kalangan rela membelinya dengan harga yang mahal. Hal inilah yang menjadikan informasi digunakan oleh kalangan tertentu sebagai mesin pendapatan uang. Seiring jalannya waktu disamping kebutuhan manusia mengenai informasi dan komunikasi ternyata media dapat merubah pola pikir bahkan ideology masyarakat, bukan hanya individu lebih satu wilayah bisa dimungkinkan se-dunia. Maka dari itulah media dapat menjadi suatu senjata yang sangat menakutkan ketika dikuasai oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab atau para kaum kapitalis yang hanya menguntungkan dirinya dan kelompoknya saja.

Sebut saja saat ini, ketika pemilu presiden Indonesia 2014 benar-benar permainan media sangat gencar dan berlomba saling ambil pengaruh public. Pada tahun politik yang memang beberapa sudah memprediksikan hal ini, orang-orang tersebut yang tau hal ini ada yang memanfaatkannya dari sebagai ajang unjuk diri sampai kepada peningkatan finansial. Namun isu public yang ditawarkan bukanlah suatu yang menguntungkan semua, akan tetapi pada sebuah perpecahan. Para penguasa media membuat isu yang saling mengadu domba yang pada akhirnya bisa menjadi suatu pertikaian. Inilah kekuatan media ketika dipegang oleh orang yang bertanggung jawab maka hasil dari pemberitaan harus dibayar mahal kalau perlu dengan nyawa.

Pengaruh media yang sangat arogan dan seakan-akan selalu benar membuat isu public mempengaruhi dunia fana. Pemberitaan kini yang terfokus pada pemilu presiden sebenarnya pun bisa jadi adalah pengalihan isu pada pemberitaan yang lain, atau mungkin memang dibuat untuk suatu alasan. Perpecahan, adu domba sampai perang saudara mungkin bisa saja terjadi jika isu yang salah atau isu yang benar tidak ada yang mau mengalah. Bahkan jika yang terpilih presiden nanti adalah orang yang sebenarnya juga dibackingi bahkan bermain media dengan cara yang kurang halal, mungkin aman namun dibelakang bisa jadi Indonesia dikorbankan digerogoti bagaikan buah yang terlihat bagus namun ternyata dalamnya telah kosong dan hanya berisi ulat-ulat yang kekenyangan.

Membahas mengenai pemilu bahwasannya media yang sudah tercemar mencoba membuka isu bahwasannya quick count lebih akurat dari pada hasil pemilu nantinya, jika public sampai terbawa isu ini maka pemilu 2014 dinyatakan gagal. Ketika terjadi quick count lebih dipercaya dari pada hasil pemilu buat apa ada pemilu dan untuk apa ada KPU. KPU sebagai lembaga professional milik Negara ini disamakan bahkan dibuat lebih rendah dengan lembaga quick count yang siapa saja pun boleh membuat dan memanipulasi data. Jika sampai hal ini terjadi pemilu benar-benar gagal, buat apa diadakan pemilu ketika hasil pemilu tidak dipercaya kalau begitu tinggal quick count saja ke rumah-rumah warga jika memang quick count bisa lebih dipercaya. Silakan ni kembali pada masyarakat apakah tetap mau percaya media atau memilih diam dan matikan TVnya tunggu pengumuman yang sebenarnya.

Pada akhirnya saya hanya bisa berpesan jangan percaya dengan namanya media, apapun itu karena bisa jadi itu adalah fitnah bahkan konspirasi yang bisa membunuh. Saya merekomendasikan baca media ini saja :

InsyaAllah tidak bikin panas he…he…
  by : Choerin Amri


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

ke atas