Gugat Cerai Bukan Jamannya Lagi Didominasi Oleh Kaum Adam

Assalamualaikum,


“Sekarang udah g zamannya lagi istri mengalah” begitu mungkin ya perkataan para wanita zaman sekarang. Bukan bobrok bukan salah dan bukan hal yang tidak masuk akal semua orang punya hak atas pendapat dan untuk melakukan sesuatu, apalagi di zaman yang sekarang ini hak asasi sangat dijunjung tinggi. Namun apa jadinya ketika sekuntum bunga ingin lepas dari tangkainya karena merasa dirinya lebih indah dari tangkai tersebut namun ketika itu pula bunga tersebut lama kelamaan mati karena tidak mendapat asopan nutrisi dari tangkai tersebut. Mungkin perumpamaan tersebut sangat cocok dengan adanya penggebor-gebor hak asasi yang teramat sangat, kita pikirkan saja memang semua orang mempunyai hak namun jangan pernah lupa akan kewajiban.

Kita sudutkan kembali permasalahan kita, pada harian “Republika (11/2)” saya membaca berita “Istri Gugat Cerai Meningkat Tajam” disebutkan bahwa pada 2011 angka perceraian di Indonesia mencapai 333.844 kasus. Bukan main banyaknya, memang jika dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta tidaklah sebanding bahkan sebuah angka kecil namun 200 juta itu digabung dengan anak-anak, kaum muda dan orang tua, semisal dikerucutkan lagi hanya pada usia remaja ke atas bahkan dikerucutkan lagi menjadi yang sudah menikah maka angka itu termasuk angka luar biasa (mungkin masuk rekor muri). 

Dalam harian Republika disebutkan bahwa yang menjadi ironis sekitar 190 ribuan kasus karena gugutan istri. Angka ini sudah mencapai 1/3 nya dari total kasus perceraian, bahkan mungkin pengadilan agama kualahan mengatasi ini. Isu-isu mengenai penyebab kasus perceraian atas gugatan istripun mulai naik dan menjadi perbincangan para ibu-ibu rumah tangga (dean, mungkin sambil beceran y). Dalam hal ini Direktur Bimbingan masyarakat IslamKementrian Agama Abdul Djamil mengatakan, adanya isu kesetaraan gender membuat posisi tawar kaum perempuan atau istri meningkat, bisa jadi hal itulah yang memicu perempuan berani menggugat cerai suaminya,”kalau dulu suami minta cerai istri ketakutan, sekarang  banyak istri yang justru menjawab, kapan?”. Isu kesetaraan gender pun diungkit-ungkit menjadi biang keladi dari permasalahan ini.

Namun isu tersebut dibantah oleh mantan menteri pemberdayaan wanita Khofifah Indar Parawansa yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Fatayat NU, dia menilai bahwa banyaknya kasus tidak semata-mata karena kesetaraan gender,”Berdasarkan data dilapangan, penyebab pertama kasus perceraian karena ketidak harmonisan keuarga”, “turunan dari ketidak harmonisan keluarga ini adalah perselingkuhan.

Walau demikian, perlu diakui bahwa perempuan sekarang semakin terdidik dan mandiri dalam eknomi. Inilah yang yang harus disoroti semakin terdidik dan mandiri, seperti perumpamaan diatas ketika sekuntum bunga merasa mampu merasa sudah mempunyai madu maka ingin lepas dari tangkainya(mungkin selingkuh sama tawon). Dari opini di atas sebenarnya sudah mulai terlihat ketika awal adanya sertifikasi atau tunjangan untuk para pegawai negeri, saat itu isu istri menggugat perceraian sangat mengembor-gembor. Bahkan saat itu banyak muncul gosip perselingkuhan( ya Allah Naudzubillah..), memang dalam nyatanya wanita sangat rentang sekali dengan yang namanya godaan entah itu godan bersifat fisik atau perasaan. Mudahnya para kaum hawa tergoda memang sudah ada dari sononya bahkan dalam Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.: 

Dari Rasulullah saw. beliau bersabda:” Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istigfar (memohon ampun). Karena aku melihat kalian lebih banyak menjadi penghuni neraka. Seorang wanita yang cerdik di antara mereka bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang lebih banyak menjadi penghuni neraka?” Rasulullah saw. menjawab:” Kalian banyak mengutuk dan mengingkari kebaikan suami. Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari kalian”. Wanita itu bertanya lagi:” Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan agama itu?” Rasulullah saw. menjawab: “Yang dimaksud dengan kurang pada akal adalah karena dua orang saksi wanita sama dengan seorang saksi laki-laki. Ini adalah kekurangan akal. Wanita menghabisi waktu malamnya tanpa mengerjakan salat dan tidak puasa di bulan Ramadan (karena haid), ini adalah kekurangan pada agama”. (Shahih Muslim No.114) 

Kekurangan akal pasti jika ini disebutkan pada wanita belum paham pasti akan tersungging (tersinggung maksudnya), padahal maksudanya kurang akal disini bukan berarti bodoh bahkan Aisyah istri Rasulullah yang termuda adalah termasuk mukmin yang pandai. Kekurangan akal disini adalah pada keputusan dan bertindak, mungkin jika dibuat perumpamaan seorang maling mungkin lebih cerdik akalnya dari pada seorang profesor. Pernah saya mengobrol dengan seorang ahwit(mungkin mantan akhwat soale dia tau jam8 malem itu jam ikhwan saya saja sebenarnya gak tau),”wanita itu tulang rusuk pria, kalo dihitung tulang rusuk ada 7 berarti 1 pria 7 wanita(toeng)” padahal kalau menurut pandangan saya jika itu adalah sebuah perumpamaan maka maksudnya wanita adalah bagian dari pria (widih apa loh) atau jika darisejarahnya hawa diciptakan dari bagian tulang rusuk adam, namun yang pastinya saya pernah melihat hasil ronsen(tulisane piwe?) bapak saya bahwasannya ada tulang rusuk yang hilang di bagian kiri mungkin saja itu. Tulang rusuk ada 7 pinter dia (kapan ngitunge) namun tidak dipikirkan dengan akal mungkin dia sangat kontra dengan poligami wallahu’alam.

Dari kekurang inilah banyak wanita menilai bahwa persamaan yang sekarang diisukan sangat baik padahal itu yang menjadikan masalah dan bahkan menjatuhkan martabatnya sendiri sebagai makhluk yang ditinggikan seperti sekuntum bunga(yang aneh sekuntum bunga udah cantik nan indah kok pengin disamakan dengan tangkai, tangkai : kuat, memberi nutrisi pada bunga tapi buruk rupa, bunga : lemah, indah nan elok(puitis sekaliiii)).
 

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

ke atas