Ingin Merubah Tapi dari Mana?


Lucu ....lucu.... apanya yang lucu? Lucu sekali. Ternyata masalah di Indonesia ga pernah selesai, belum selesai ini ada lagi. Masih teringat kasus Gayus Tambunan? Ya pastinya yang menyelewengkan pajak untuk kepentingan pribadi. Eh kabar itu belum hilang dari ingatan muncul lagi kasus bank Mega penyelewengan dana nasabah yang gosipnya untuk oprasi radang payudara mengguanakan dana JAMSOSTEK. Bukan hanya tersebut masih banyak lagi sebelumnya ada kasus Anggodo, Artalita, yang baru ini ada kasus suap hakim, kasus suap nunun, dll.
Sebenarnya masalah yang di hadapi orang Indonesia apa sih? Uang? Oh bukan tapi perut! Loh kok perut? Ya pastinya asalkan perut kenyang semua urusan beres tapi untuk perut harus ada uang inilah yang menjadikannya salah, seperti pepatah berkata “keadilan tak akan terjadi jika uang telah berkuasa. Waduh berat, berat banget.
Udah ah jangan ngomongin korupsi tapi by the way katanya Indonesia urutan ke 3 lho untuk korupsi wah hebat ya dan katanya gosipnya itu jika ga nyuap bukan urutan ke tiga(ja percaya, kejelekan pasti bisa dirubah asalkan mau merubah).
Kita liat masalah lain, udah denger belum di berita ada siswi berdemo gara-gara sekolahnya yaitu SMA Ma’arif mau dirobohkan untuk membuat Masjid NU(eN yoU, he glueyan), wah ini kabar yang memprihatinkan jelasnya, dilain sisi ga bisa masa sekolah dirobohkan dan siswanya terlantar namun di lain pihak untuk buat Masjid yo masa pembangunan Masjid mau dilarang. Dalam sebuah hadist diriwayatkan:

'Aisyah Radlihayallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan untuk membangun Masjid di kampung-kampung dan hendaknya dibersihkan dan diharumkan. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi menilainya hadits mursal.
Namun jika kita liat hadist lain maka lebih ga salah lagi wong zaman kita akan berubah koh,
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak akan terjadi kiamat hingga orang-orang berbangga-bangga dengan (kemegahan) Masjid." Dikeluarkan oleh Imam Lima kecuali Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.
Di Rt ku saja mushola sampe ada 3 (tiga), tapi yang ga sholat tetap saja banyak. Sebenarnya buat apa sih buat Masjid kalo toh ga ada yang sholat malah jadi mubah, mending dibuat pesantren. Bisa memberi ilmu yang tentunya amal jariayahnya ga kalah dengan membuat masjid. Juga dengan membuat pesantren jadi orang-orangnya lebih terjamin tempatnya, kita lihat Masjid yang sekarang gede trus ada karpetnya mimbarnya bagus beritngkat tapi....tapi apa?dikunci ya pada bae lombo Masjid tempat umum tapi yang punya kuncinya kyaine akhire sholate cuman klo waktu sholat padahal kalo pagi bisa sholat Dhuha, malem bisa sholat tahajud di Masjid.
Pembangunan Masjid yang terlalu banyak juga memungkinkan keprihatinan orang tertentu yang ingin membuat rumah karena lahannya berkurang(disini bukannya aku melarang membuat Masjid namun ada kalanya memperhitungkan dahulu sebelum bertindak mudhorot dan kebaikannya). Tapi memang pemahaman kebanyakan orang memang sudah begitu yo(nanti dunia ora kiamat-kiamat).
Ngomong pesantren jadi teringat pendidikan, sekarang pendidikan udah ga kaya dulu. Kalo orang dulu betul-betul mendidik anak didiknya saat penjajahan misal, mereka betul-betul ingin mendidik agar nantinya bisa terlepas dari penjajahan. Aku teringat saat aku masih duduk dikelas 1 SD waktu pertama kali aku masuk sekolah aku liat anak diantar masuk kelas oleh orang tuanya, namun saat itu aku hanya diantar sampe pintu gerbang sekolah oleh mamahku, tragis ya namun itulah bentuk pendidikan kemandirian agar aku bisa mandiri.
Waktu SD kelas 1 aku masih ingat guruku bernama Bu Wiwi setiap hari bawa tuding saat akan mengajar, kalo ada anak yang bandel dipukulnya dengan tuding. Namun dari situ aku berpendapat bahwa memang bahwa mereka benar-benar niat mendidik dan saat ada yang bodo maka ga dinaikan benar-benar, ada temanku yang saat itu aku sudah kelas 3 temanku masih kelas 1 padahal harunya seangkatan Tknya bareng, kalo nulis pelajaran nulisnya dari kanan. Namun ingatan dahulu menyadarkan aku bahwa aku hidup di jaman perubahan dan ketika aku duduk di SMA ini guru sejarahku menceritakan tentang pendidikan dulu yang sama seperti yang aku alami di kelas 1 SD.
Aku bersekolah di SMAN1Pwt yang katanya anaknya pinter-pinter, y memang setelah aku masuk SMA1 memang begitu namun disisi lain ada juga yang ga pinter atau jadi bodo karena kalah saing seperti yang aku alami di kelas 11. Sungguh ga enak jadi orang bodo! Udah y nanti kalo cerita pengalaman baliknya jadi curhat!!! Ngomong soal pendidikan, sekarang ini pendidikan sudah menjadi ladang bisnis.
Ladang bisniss? Ya mungkin cerita sedikit, aku dulu di SMP 2 yang sekarang SBI ya taulah sekolah SBI itu gimana ada LCD, Komputer, AC disetiap kelasnya dan gurunya membawa laptop kemana-mana, bawaannya mobil. Sekarang jadi guru ga masanya Omar Bakrie yang mendidik bener, ga kaya sekarang asalkan duitnya ada baru ngajarnya bener. Aku bocorkan ya yang namanya promo-promo kalo para seles ingin cepet laku datengnya jangan ke rumah-rumah apa lagi jika jam istirahat malah diusir tok, tapi ke sekolah, misal makanan datang aja ke ruang guru pas istirahat paling ga dapet 1 konsumen. Koran aja sekarang banyak sekolah yang mau beli kalo dijual di lampu merah belum tentu ada yang mau beli.
Aku pernah bercerita dengan anak SMA 1 yang masuk ke situ dengan jalur khusus gampangannya dengan bayar atau orang tuanya kenal dengan salah seorang dengan guru atau instansi terkait pendaftaran masyaAllah benar-benar bisnis harom tapi nyatanya. Ada lagi guruku yang ngajarnya ga enak setiap hari cuman marah-marahin murid yang ga ngerjain PR atau belum selesai atau yang terlambat masuk tapi dia punya les-lesan yang les disitu kalo ulangan pada pinter-pinter. Banyak yang tertarik pinter banget tuh O2 namun suatu ketika pernah ada ulangan yang ga adil temanku yang les disana saat ulangan selesainya cepet banget dan nilainya bagus ternyata dia jujur bahwa soal yang untuk ulangan waktu itu sama seperti yang sedang dibahas waktu les-lesan.
Enak ya orang yang bekerja di pendidikan dan tau ilmunya bisa jadi ladang bisnis tapi ada juga guruku yang di SMA1 yang berangkatnya naik motor tua, padahal rata-rata guru di SMA1 naik mobil. Gimana jadinya penerus bangsa nantinya. Kata orang anak mencerminkan orang tuanya = murid mencerminkan gurunya = rakyat mencerminkan pemerintahannya = dari yang banyak mencerminkan yang sedikit. Pada akhirnya salah semua karena ga ada yang mau di salahkan.
Pantas saja jika orang yang di atas sana(pejabat) banyak yang korup wong pendidikannya juga udah banyak yang begitu. Rakyat menyalahkan pemerintah, pemerintah dari rakyat menyalahkan orang tua yang telah mendidiknya, orang tua menyalahkan gurunya dulu yang salah mendidik, gurunya menyalahkan pemerintah karena gajihnya kurang. Yang salah sama yang bener beda tipis. Hidup di akhir zaman itu ga enak yang ada hanya nafsu.
Comments
1 Comments

1 komentar:

alchoer mengatakan...

sudah jadi mentalnya orang-orang yang tidak menggunakan kecerdasannya untuk hal yang positif

ke atas