Belajar di Pondok


Jumat, 19 Agustus 2011 terdengar suara pengumuman,”Diumumkan khususnya kelas 12 yang akan mengikuti pesatren kilat untuk datang ke sekolah jam 1 siang untuk persiapan pemberangkatan”, (dalam pikiran)waduh katanya kemarin jam 2 piwe sih?, paadahal nanti niate mau buat SIM. Hari itu pulang sekolah aku masih terbingung manalagi barang-barang belum aku siapkan. Pukul 13.00 kurang 15 menit, abah belum juga pulang dari jumatan, ya memang abah ngisi khotbah di Masjid, tapi aku bakal diantar sapa? Jam 1 pas abah baru pulang semua jadi kedagar-dagar, akhirnya berangkat juga(lah embuh bocah lanang ikih bawaannya yang seenake bae). Sampai di Tugu(depan Rumah Jabatan) terlihat 5 bis besar sudah ada di depan sekolah(waduh udah mau berangkat nih), abah mbelok ke kantor Polisi buat SIM untukku, aku bingung kalo terlambat gimana,”wis gampang ngko ngger ketinggalan jujugna abah ya kena!”. Udah dua kali tes gagal bae(angel anu kesempiten), jadine nembak bae tinggal cetret(foto) langsung ke SMA senin SIM diambil.
Sampai di SMA terlihat anak2 sudah berkumpul di depan sekolah ada juga yang berkumpul di dalam sekolah. Aku kira bakalan ada pembekalan atau apa kok malah nunggu lama,
“piwe sih katane jam 1, nih udah jam 1 lebih jarkune ada pembekalan ato persiapan?”
“ya klo jam mesti lebih molor lagi”
Menunggu lama sambil berbincang dengan teman dan mendengarkan lawakan orang2 sekitar, terlihat di jam pukul 13 lebih masih menunggu. Sambil menunggu aku duduk di atas tas orang,
“tas sapa kieh tek jaginggongi lah yah”
“awas lho mbok ana Qurane loh”
Dalam hati aku sangat takut aku dudukin Al Quran(waduh). Akhirnya anak2 dipanggil untuk ke tengah lapangan dan aku masih terpikir kejadian tadi. Di depan sanggar banyak sekali calung(mbuh apa namane tapi bentuke kaya angklung tapi ditidurin dan berdempet-dempet dan cara mbunyikannya kaya bonang), terlihat anak2 ikut membunyikan dan bodonya si Irza mutusin satu tali dari alat musik tersebut, Irza bingung disampingnya ada Stio nyengir2 dan sebelahnya lagi ada Irvan yang manas-manasin,
“hayo Irza nX”(n=konstanta cth: 3X)
“lah ora sengaja”
“Bagas ndi khah, mesti seneng banget”
Setelah adanya pengarahan dari guru kami langsung masuk ke bus masing-masing yang telah di beri kode(bus1, bus2-bus6). Aku kebagian bus1 namun anehnya setelah dicari tidak ketemu yang namanya bus1 hanya ada bus kecil di dalam sekolah. bingung anak2 lain sudah ada di dalam bus masing2 namun yaang kebagian bus1 ragu masa naik bus kecil mana muat? Akhirnya bus paling belakang yaaitu bus6 diganti namanya dengan bus1, semua anak masuk. Tadi sudah nunggu lama di sekolahan trus nunggu lama lagi dalam bus, terlihat ada sebuah fentilasi di atap namun tertutup aku coba untuk membukanya,
“iya chom dibuka kue”
“angel koh, bantuni ya”
Banyak anak yang ikut membantu membuka namun sulit terbuka, karena sumuk sebagian anak2+aku turun bus. Setelah lama kami masuk kembali karena bus akan berangkat, begitu herannya aku karena Pak Syamsudin(guru olah raga) memakai sragam seperti sragam DISHUB ternyata bukan Pak Syamsudin melainkan supir bus.


“Muiz kamu deneng disini”
“sumuklah”
Muiz ganggu banget(egois), justru karena ada Muiz di jalan(antara bangku dengan bangku) jadi aku kesumukan. Yang lainnya pun ikut protes karena juga ikut kesumukan,
“Iz ko deneng nengono sih”
“sumuklah”
“ko ngalang-ngalangi”
“Iya Iz aku jadi kesumukan”
Akhirnya Muiz pindah, y syukurlah jadi jalur anginnya kebuka kembali. Bus pun berangkat namun sudah tertinggal jauh oleh bus yang di depanya. Sampai pabrik Gula Kalibagor bus masih tenang, terlihat dari tadi si Yunan buka baju. Tiba2 saja bus melambat di depan sebuah bengkel,
“deneng nglambati? Loh...loh2 deneng malah mandeg(terlihat sebuah bengkel ada tulisannya “JUAL PULSA”), oh rep tuku pulsa dingin”
“oh supire rep tuku pulsa dingin”
“apa rep tuku oli dean”
 “ora tuku pulsa maning”
Bus pun berhenti ternyata mesinnya rusak kami menunggu bermenit-menit bahkan sampai 1 jam, namun tidak ada tindakan pasti hanya terlihat supir bus yang memegang HPnya dan bolak balik telephon juga kernetnya yang mondar-mandir ngambili daun, batu dan kegiatan yang ga jelas. Anak2 IA 2 lebih memilih main kartu Remi dipinggir jalan, anak2 IA 4 menggrombol di depan bengkel, anak2 IA 3 mencar, ada yang baca Quran ada yang ngobrol dengan yang lainnya, sementara anak IA 1 lebih memilih duduk dipinggir jalan dan mengobrolkan tentang otomotif(IA 5 piwe? Ora genah), namun di kubu lain yaitu anak2 OSIS malah jalan2 ke atas bukit. Teman dari kami ada yang dapat sms bahwa bus3 ada ularnya, sebuah perkumpulan berubah menjadi keributan, namun anak2 IA 2 tetap asyik bermain kartu dan anak2 IA 1 malah nggosipin orang;diceritakan ada orang yang memakai baju koko, berkopiah, memakai clana ¾ dan sepatu snakers(dia sedang berjalan dari arah kami berangkat dan berhenti sebentar dekat dengan persinggahan kami).
Setelah beberapa lama bus3 datang dan menjemput kami, semua masuk namun yang jadi guyonan bahwa saat bus3 datang Aziz sedang beol di rumah orang. Setelah masuk supir busnya glueyan,
“kake’en dosa sih dadine bise mandeg”
Setelah beberapa lama perjalanan busnya tiba2 melambat semua anak geger, puncaknya di depan mushoal di SD mesin berhenti namun  bus masih berjalan dan akhirnya bus pun berhenti.
“duh kye tah kake’en dosa temenanlah”
“chom didongani ya”
Aku diam ja dan terpikir apa gara2 tadi aku duduk di tas yang ada Alqurannya yah?
“sholat dingin bae ben dosane ilang”
“iya apa pak sholat dingin”
“ya wis ngonoh”
Semua turun dan menuju ke musholah yang terdapat di SD tersebut. Setelah selesai sholat kami berdiam sebentar di SD sambil menunggu yang baru akan sholat(gantian2). Faren, Desta, dan sapa bae klalen aku masuk ke dalam sebuah ruangan.
“heh kaeh payudara”
“ndi2”
“kaeh”
Semua seperti tertipu oleh omongan si Faren, aku kira adalah sebuah tulisan tetapi setelah dilihat ternyata sebuah patung peraga yang wujudnya wanita namun sepertinya sudah tidak terpakai. Fadilaz, Yunan, dan sapa2 maning klalen ngobrol di lapangan,
“yuhlah pondoke nangeneh bae wis ana lapangane kelas ya ana nggo turu”
“iya yuh ana sing gawa bal ora sih?”
“lha saure nangendi?”
“lha kae perek warung”
“lha wis bayar koh”
Setelah itu kami kembali lagi ke tempat bus berhenti, bus itu masih berhenti terlihat teknisinya sedang mengutak atik bus tersebut. Sekian lama menunggu nahkodanya meminta agar kami mendorong bus itu, aku berada disamping kiri bus, sekitar ada 7-10 orang yang  ikut mendorong. Namun tidak lama bus tersebut langsung menyala(mesinnya), malangnya si Septian yang ikut mendorong, karena ada di blakang knalpot begitu mesin menyala langsung kena asap knalpot.
Singkat cerita, saat menjelang buka(makanan prasmanan sudah disiapkan sebelum kami datang) kami langsung mengambil air dalam gelas akua yang sudah disediakan. Begitu adzan tiba kami langsung menyerbu makanan, karena dikira lebih banyak yang mengambil ayamnya lebih dari satu termasuk aku. Tiba2 santri yang bertugas masuk ke kelas2 dan berkata,
“kang besok2 buka dulu, makannya habis Maghriban”
Setelah dibilangin seperti itu langsung kami meninggalkan makanan kami dan pergi ke Masjid bersama. Di sana setelah adzan si Imamnya tidak ada di Masjid sehingga harus menunggu imamnya(inilah contoh yang tidak baik, mungkin jika semua santri seperti aku bakal berkata imamnya juga gitu apa lagi santrinya dan besoknya mungkin sholat Maghribnya di waktu Isya). Setalah jamaahnya sholawatan baru imamnya datang dan langsung komat, sholat pun dilaksanakan.
Saat setelah Isya imamnya berceramah sekaligus memberi ucapan selamat datang untuk SMA 1, beliau sudah tua mungkin sekitar 69an tahun. Beliau menginformasikan bahwa di Sirau ada 3 pondok dsb, dan katanya sudah tradisi imam Isya dan tarawih beda. Setelah selesai beliau turun dari mimbar dan pergi kemuadian sholat tarawih dilaksanakan dengan imam yang berbeda, singkatnya sholat tarawih dilakukan 23 rakaat dan yang bikin ga enak sholatnya banter banget, temanku sebelah sampai tertawa,
“heh si Kukuh(orangnya gendut) ngger nangeneh sewulan gering dean yah”
Kamarku(berisi anak2 IA 1 dan IA 2) ada di paling pojok, dibanding yang lain masih lebih mending, soalnya kalo yang lain depan pintu itu tembok namun di kamarku depannya latar batu dan dekat dengan kamar mandi, namun walaupun dekat aku lebih senang mandi di rumah Edwan yang dekat situ. Malamnya di hari pertama biasa saja cuman anak IA 2 masih bermain kartu dan ada juga yang bawa Playstation1. Si Doni melihat foto kayaine dipajang, juga teman yang lain,
“kae fotone sapa sih elek temen”
“wis meninggal maning, tapi ngger wis sue fotone taksih apik ya”
“paling nganggo photoshop”
“wis nganggo photoshop tapi tetep bae ala”
“kae burine abang, kaya api”
“kae neraka maning”
Dihari kedua karena aku rasa sholat tarawih di Masjid mandan gimana jadi aku mengajak anak2 untuk sholat di pondok bae dan responnya pun banyak. Yang ikut sholat dipondok ada sebagian anak2 IA, IA2, IS1, IS3. Setelah sholat tarawih aku, Akel, Gayuh, Septian, Alif, Ghani, Juang pergi keluar pondok membeli mendoan. Mendoannya gede baget sekitar ½ tekhel harganya Rp. 1000,- walaupun tempatnya jauh ya ga papalah. Malamnya ada yang bermain mercon karena tempat yang enak dan strategis adalah di depan kamarku maka mainnya ya disitu, ada yang ngrokok juga. Ada anak yang jail memasuk meron ke dalam rokok, dan ternyata rokoknya dicoba oleh si Irza saat lagi nyalakan rokok Irza kaget dan langsung membuangnya, untuk dibuang jika tidak mulute bodol dean.
Hari ketiga paginya setelah pengajian aku kembali ke kamar bagitu herannya, santri yang biasanya ngoprak2 agar anak2 suruh ngaji ataupun dsb malah ikut PSan bersama santri yang bolos ngaji, aku tertawa dalam hati dan bolak balik bertanya kepada anak2 yang ada di kamar.
Malamnya adalah malam terakhir di pondok seperti yang kamarin sholat tarawih di pondok, karena yang minat bertambah akhirnya tempat dipindah di aula atas. Sholat Isya pun dilaksanakan setelah selesai beberapa anak2 IS 3 ribut dan lari kebawah, akupun juga ikut kebawah karena rasanya ga enak pengin wudu lagi.
“knapa sih deneng pada mudun?”
“rung wudu”
“hah berarti mau sholate rung wudu?”
“iya”
Ternyata yang tadi lari turun itu karena sholatnya belum wudu dalam hati aku tertawa. Kemudian sholat tarawih dilaksanakan, baru sekitar 3 rokaat tiba2 jadi rame setelah genap 4 rokaat, ternyata ada tambahan lagi dari anak2 yang cuman sholat Isya di Masjid. Setelah selesai biasa ada yang berjalan-jalan keluar pondok dan ada yang bermain mercon. Setelah semua selesai tarawih termasuk yang di Masjid, kami semua berkumpul untuk pengajian yang terakhir dan penutupan. Setelah penutupan masing2 melakukan aktifitas biasa, ada yang jalan2 dan ada yang bermain mercon. Setelah bebearapa lama tiba2 ada yang bilang kyaine marah karena brisik sehingga suara mercon lebih dikurangi. Di suatu kamar yang di tempati IA 3 ada yang sedang bermain kartu, dan taruhannya bagi yang kalah harus melepas 1 bagian baju, setelah beberapa lama si Muiz kalaah sehingga dia harus melepaskan bajunya sampai hanya cawete tok setelah beberapa lama giliran Alif yang kalah sehingga Alif hanya memakai cawete tok.
Paginya semua bersiap-siap untuk pulang, aku mandi di kamar mandi namun kagetnya aku ketika saat akan menggantungkan clana, clana kesampluk lampu sehingga lampu pecah, aku pun bingung. Dilihat kamar lain sedang beres2 di kamarku malah asyik bermain botol. Setelah ada kabar bus sudah datang kami semua bergegas keluar, ternyata di sana busnya ga semua namun giliran, bus yang dinaiki anak2 IS yang laki2 sudah jalan duluan. Kami semua menunggu lama sekali di sana. Singkat cerita bus datang terjadi perselisihan diantara dua kubu yang laki2, ada yang mau wanita dulu yang masuk bus dan ada yang ingin cepet pulang, dan aku termasuk yang ingin pulang duluan masa bodoh urusan wanita. Tapi ternyata bus yang datang ada 2 dan tentunya yang laki2 inginnya pertama dan masuk bus yang di di depan. Setelah masuk ternyata sehabis dilihat-lihat bus tersebut adalah bus yang dinaiki kita pertama, bagi yang tahu takut bakal macet lagi tapi ternyata tidak. Diperjalanan tiba2 HPku berdering kemudian aku angkat ternyata ada wali murid telphon kalo ada anaknya belum sampai di sekolah.
Setelah sampai di sekolah ya udah sampai dan membawa kenangan mondok di kelas akhir ini.sss
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

ke atas