Chapter 5

Chapter 5
Di Atas Limau



"Komeeet...!!!

"Waduh?" Pak Haji datang namun ada yang aneh, dia menghampiri kami dengan membawa sesuatu di tangan kanannya. Selalu aku terpikir bahwasanya keitka pak Haji datang pasti akan ada kemarahan yang berakhir dengan hukuman bagi kami namun tidak untuk Komet. Entah kenapa Komet selalu menjadi teman kami yang selalu kami hargai pendapat dan perintahnya padahal sudah jelas dia selalu membuat kami kesusahan.

"Pak panjenengan mbekto nopo? mriki kula bantu"

"ni met rambutan, kamu bagikan ke temen-temenmu ya"

"hah...???" kami terkejut tidak seperti biasanya.

"hohoh nggih pak kami sangat berterima kasih untuk rambutannya, nyuwun sewu niki pak kami jadi merepotkan"

Pintar bicara itulah keahlian Komet sesungguhnya, maka dari itulah dia selalu pada posisi yang aman dan caranya itulah yang mungkin membuat kami menyukainya. Bahasa yang santun dan tau kapan dia harus mengeluarkan dan menata tingkah lakunya.

"ndak apa-apa, ni kok cuman ada empat, biasanya lima, hemm Muflikhun mana?"

"Muflikhun???

Benar mana Muflikhun? Apa karena kejadian waktu lalu menyebabkan dia tidak lagi mau ke mari menemui teman-temannya? ah tidak mungkin aku tahu siapa dia, atau jangan-jangan dia tidak boleh keluar oleh orang tuanya, bisa jadi.

"ya sudah Met saya tekpulang dulu ada tamu di rumah, Assalamualaikm"

"Ok pak Haji, walaikumsalam, makasih lho ya rambutannya"

"Met piwe kie?"

"apa dul?"

Abdul mulai khawatir dengan ketidak hadiran Muflikhun seperti biasanya. Dia teringat kejadian sebelumnya, karena dia merasa yang bertemu terakhir dengan Muflikhun adalah dirinya.

"Muflikhun,  jangan-jangan yang diomongkannya tadi pagi ada sesuatu"

"apa maksudmu"

"tidak apa Cik"

"Heh, kamu pasti punya cerita disimpan"

Situasi berubah, bahtera seorang nelayan yang pergi melaut dengan rekannya dan pulang sendiri. Dia tahu apa yang terjadi dengan rekannya di tengah laut tapi tak seorang pun yang diinginkannya untuk tahu kejadian di tengah laut,

"mengapa kamu pulang sendiri mana rekanmu yang bersamamu melaut tempo malam?"

"sudah aku tak mau mengingatnya lagi kejadian semalam"

"Pak Abdul jangan kau rendam sendiri ceritamu, biarlah kami mengerti, kali saja kami bisa membantu"

"tidak apa pak Lurah Komet, hanya saja saya masih belum bisa menerima dan mengerti harus apakah saya selanjutnya, ikan di laut pun tak ada yang menghampiri"

Seperti halnya seorang Sultan yang bijak dia mengerti apa yang dialami oleh nelayan kecil ini, bahkan mengetahui kejadian dan membayangkan dengan detail kejadian yang membuat trauma nelayan kecil ini.

"Heri..."

"siap Tuan"

"siapkan kapalku dan perbekalan, besok pagi kita berangkat, pak Abdul anda tenang saja, semua yang membuatmu gelisah akan kami selesaikan"

"terima kasih pak lurah Komet, terimakasih banyak"

Aku masih terdiam apa yang sebenarnya terjadi, terkadang, mengapa segampang itu seorang pemimpin mengetahui masalah anak buahnya. Terkadang prajurit memang perlu tahu apa tentang perintah dari panlimanya, bisa jadi perintahnya itu membuat pasukannya terun ke jurang, namun pertanyaan akan memperlambat kebijakan yang harusnya segera dilaksanakan.

"ya saya Lurah di sini, saya bertanggung jawab atas setiap penduduk desa, dan untuk warga desa bersiaplah bawa yang memang perlu dibawa, simpan barang berharga di tempat yang aman, besok kita akan berlayar dan menghadapi dunia yang kita belum pernah mendatanginya"

"Pak lurah?"

bersambung...

kritik dan saran

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

ke atas